Cita - Cita Jadi Pengacara
Selasa, 24 Juli 2012
Tulis Komentar
Shalat Zhuhur di masjid sekolah baru saja usai. Sementara cuaca siang di luar masjid terasa cukup panas. Sebagian besar anak SMAIT lebih memilih tetap tinggal di masjid dan mengisinya dengan amaliah nafilah. Ada yang shalat sunnah, tilawah al-Quran, atau sekedar berbincang-bincang dengan tema yang ringan.
Adalah Salman, anak asli Batam yang kini belajar di kelas XII SMAIT. Ia lagi ngobrol ringan dengan teman sekelasnya, Hudan. Obrolannya seputar impian dan cita-cita di masa depan. Akan ke mana nanti mereka melanjutkan pendidikan. Keduanya duduk tidak jauh dari saya, hingga akhirnya saya pun terlibat dalam obrolannya, karena mereka sesekali meminta pendapat saya.
Salman : “Hud, nanti kuliah mau ngambil jurusan apa?”
Hudan : “Aku sih maunya ngambil hukum. Tapi bapakku belum ngasih izin.”
Salman : “Berarti kamu mau jadi pengacara ya…?”
Hudan : “Tentu…., kan nanti banyak duitnya. Banyak yang nyuap dan nyogok… heheh…”
Menyimak obrolan mereka yang cukup menarik, saya mencoba menggelitik mereka dengan pernyataan yang tak kalah unik dan asyik.
Saya : “Memang Hudan anak mana Batak? Sampai-sampai ingin jadi pengacara…”
Hudan : “Bukan pak…., saya mah anak Tangerang. Kenapa gitu pak?”
Saya : “Kalau jadi pengacara mah kudu anak Batak. Coba saja perhatikan di TV. Yang biasa menangani kasus-kasus suap, selebritis tersandung kasus, atau yang lainnya, kebanyakan adalah orang Batak. Ada yang marganya Sitompul, Sirait, Siregar, Simanjuntak, dan lain-lain. Mereka jago cuap-cuap dan berkarakter keras untuk menang. Kalau pengacara karakternya biasa-biasa saja, bisa kalah terus tuh. Dan nanti tidak akan dilirik klien. Karena dinilai tidak pandai memenangkan kasus. Kamu sendiri marganya apa?"
Salman : “Hudan marganya Sisiuk pak… heheh” Celetuk Salman mendahului
Hudan : “Enak saja kamu, Sisiuk itu gayung.. Saya tidak punya marga seperti itu, kan saya bukan orang Batak. Tapi saya sering mendengar bapak saya nyebut marga-marga gitu…, mungkin inilah marga keluarga kami.”
Saya : “Apa itu?”
Hudan : “Jasa Marga”
Saya : Gubrak…!! :( “Weleh…., itu mah bukan marga keluarga atuh, tapi nama perusahan di bidang jalan tol.. “
Hudan : “Memang bapak saya kerja di sana.. Jadi marganya adalah Jasa Marga”
Saya : “Ada-ada saja kamu ini Hudan….. Sesungguhnya, siapapun dan dari suku mana pun, bisa saja jadi pengacara, termasuk kamu. Dengan syarat, jadilah pengacara yang benar, jujur, dan membela yang hak. Bukan pengacara yang memutarbalikan fakta demi kemenangan sang klien yang menjanjikan segudang harta. Bahkan lebih dari itu, jadilah ahli hukum yang membela orang-orang lemah, tertindas dan terzhalimi. Bukan malah yang menzhalimi. Dan untuk itu semua, perlu keberanian untuk menyerukan kebenaran. Bukan untuk sekedar ketenaran dan pengakuan dari masyarakat. Semoga ke depan, kalian ah yang dapat diandalkan oleh negeri ini…”
Salman & Hudan : “Amiin….”
********
Obrolan ringan pun berakhir seiring dengan waktu yang terus bergulir. Walaupun sederhana, semoga obrolan tadi tidak sia-sia. Karena pada dasarnya, pintu-pintu kebaikan itu banyak, dan tidak melulu dari sesuatu yang tampak besar. Right?
Belum ada Komentar untuk "Cita - Cita Jadi Pengacara"
Posting Komentar