Curhat, Kenapa Tidak?
Jumat, 27 Juli 2012
Tulis Komentar
Setiap manusia memiliki permasalahannya masing-masing. Kecil maupun besar. Permasalahan sendiri merupakan bagian dari dinamika kehidupan. Ia bisa semakin mendewasakan, arif dan bijaksana; atau sebaliknya membuat hidup kalang kabut tak beraturan. Semuanya kembali pada cara dan proses menyikapi permasalahan itu sendiri.
Bagi permasalahan-permasalahan yang ringan, seringkali diri sendiri dapat menyelesaikannya seorang diri tanpa harus melibatkan orang lain. Ia mampu bertahan dan menuntaskan berbagai halangan dan rintangan di hadapan. Di lain kesempatan, adakalanya permasalahan tidak bisa ditaklukkan sendirian. Saat permasalahan dirasa cukup berat, tidak ada salahnya untuk curhat. Menyampaikan permasalahan dan perasaan yang sedang melanda jiwa kepada orang yang dapat dipercaya.
Curhat pun tentu tidak sembarang curhat. Ada rambu-rambu yang harus dipatuhi dan adab yang dipenuhi. Sehingga curhat dapat menjadi salah satu solusi. Bila rambu-rambu dan adabnya tidak diperhatikan, jangan berharap curhat menjadi wasilah untuk solusi kehidupan.
Pertama, curhat pada orang yag dapat dipercaya menjaga rahasia. Salah memilih teman curhat, nanti bisa kelabakan. Sesuatu yang semula dirahasiakan kini tersebar menjadi konsumsi publik. Inilah akibat dari teman curhat yang tidak amanah menjaga rahasia. Maka, pandai-pandailah memilih teman curhat ya… :) Mereka itu, bisa orang tua kita, guru di sekolah, sahabat dekat, teman seperjuangan, atau siapapun itu. Yang penting bisa mejaga rahasia dan tidak melanggar batasan-batasan agama.
Kedua, konten curhat adalah sesuatu yang memang bisa dan layak untuk dibagi. Untuk diketahui, tidak semua urusan pribadi layak diketahui orang lain lho… Ada wilayah-wilayah tertentu yang tidak sepatutnya di dibagi kepada orang lain. Seperti urusan-urusan suami istri yang sangat pribadi.
Ketiga, curhat dilakukan semata-mata untuk melapangkan hati dan mencari solusi. Sekalipun pada kenyataannya, seringkali solusi yang harus ditempuh itu sesungguhnya sudah ada pada dirinya sendiri. Ia hanya butuh penguatan dan dukungan dari sesama. Sehingga ia memilih untuk mencurahkan isi hati kepada orang yang dipercaya olehnya.
Keempat, tidak harus banyak orang yang menjadi teman curhatan. Bila cukup hanya seorang yang tahu, kenapa harus dua orang bahkan lebih? Ini juga bagian dari upaya agar isi curhat kita terpelihara dan tidak menjadi konsumsi bersama. Kalau semua orang dikasih tahu, nanti terkesan lebay dan membesar-besarkan permasalahan yang meminta perhatian berlebihan.
Kelima, teman curhat hanyalah teman berbagi, sementara sumber solusi adalah Allah Rabbul izzati. Jangan sandarkan permasalahan pada sandaran yang salah. Apalagi pada sandaran kursi… hehehe.. Jadi, tetaplah bergantung dan berharap kepada Allah Swt. semata, agar diri ini diberikan kekuatan untuk memikul beban permasalahan dan diberikan jalan keluarnya. Karena sejatinya, manusia tidak akan dapat memberikan solusi yang sesungguhnya.
Bila rambu-rambu tersebut diperhatikan, silahkan deh bercurhat ria dengan sesama yang dibolehkan oleh agama. Jangan karena alasan akan curhat pada orang yang dirasa nyaman, lalu mencoba curhat pada lawan jenis yang belum halal secara agama. Nanti bisa tumbuh virus-virus lain yang lebih berbahaya. Waspadalah! Waspadalah! Waspadalah!
Belum ada Komentar untuk "Curhat, Kenapa Tidak?"
Posting Komentar