Taman Para Pecinta
Rabu, 25 Juli 2012
Tulis Komentar
Sahabat, bagaimana perasaanmu ketika kembali berjumpa dengan sahabat lama? Atau dapat kembali menyapa seseorang yang diharapkan kehadirannya? Tentu bahagia sekali bukan? Hal itu merupakan sesuatu yang alami dan sesuai dengan fitrah insani. Terlebih lagi jika rasa kebersamaan tersebut dibangun di atas pilar-pilar ukhuwwah yang benar, sesuai dengan syariat dan pedoman yang dibawa Nabi Saw. junjunan.
Berpaut dan bersatunya satu hati dengan yang lainnya merupakan anugrah luar biasa yang tiada dua. Karena hanya Allah Swt. yang dapat melakukannya. Manusia tidak akan dapat mengusahakannya. Kalaupun manusia berupaya dengan segenap harta dan kemampuan untuk mempersatukan hati-hati yang ada, sementara Allah Swt. tidak menghendakinya, niscaya itu semua tidak akan pernah terwujud. Begitu pula sebaliknya. Walau bagaimana pun upaya manusia untuk mencerai beraikan persatuan dan keterpautan hati yang dibina di atas tuntunan yang suci, sementara Allah Swt. menghendakinya untuk tetap bersatu di bawah naungan dan ridha-Nya, niscaya semua upaya itu tidak akan pernah terlaksana.
“Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha gagah lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Anfal : 63)
Sebagai makhluq, kita tidak dapat menolak kehendak sang Khaliq, Allah Swt. Apapun itu. Bila Allah Swt. menghendaki hati ini harus bersatu dengan sesama, kita hanya bisa menerima dan berharap dapat mengambil hikmah dan ibrah dari ketentuan-nya. Satu hal yang patut kita yakini bersama, semua ketentuan-Nya pasti yang terbaik untuk kita. Karena Dia tidak akan pernah menzhalimi hamba-Nya. Kalaupun pada akhirnya dalam kehidupan ditemukan sesuatu yang dirasa tidak sesuai harapan, sangat mungkin itu terjadi karena akibat kesalahan kita sebagai hamba. Atau hal itu pun merupakan bagian dari rangkaian perjalanan yang harus kita lalui untuk mencapai kebahagiaan yang didambakan.
Setiap hati hanya akan berkumpul dan bersatu dengan hati yang memiliki frekuensi yang sama. Demikianlah adanya. Hati pelaku ma’shiat sulit untuk bersatu dengan pelaku taubat. Yang terbiasa dengan kemunkaran tidak akan bersatu dengan yang terbiasa dalam keta’atan. Para pecinta al-Quran akan kembali mencari taman-taman yang memiliki sinyal-sinyal kebaikan yang sepadan. Begitu pun untuk urusan-urusan lainnya dalam kehidupan.
Maka, bila hati ini merindu untuk berkumpul dan bersatu dengan hati-hati yang penuh dengan kebaikan, kita sendiri yang harus memulainya dengan memperbaiki dan membenahi diri. Mulai dari memahami hakikat dan tujuan penciptaan diri, membersihkan jiwa dari berbagai kotoran dan noda, kemudian menghiasinya dengan berbagai akhlakul karimah. Seperti tawadhu (rendah hati), qana’ah (puas dengan anugrah Allah), tawakkal (berserah diri pada Allah), zuhud (tidak menjadikan dunia sebagai tujuan), dan berbagai sipat terpuji (mahmudah) lainnya.
Bila hal ini telah ditempuh dan diusahakan, nanti Allah Swt. sendiri yang akan mempertemukan dan mempersatukan hati-hati yang telah penuh dengan kebaikan. Tanpa kita harus bersusah payah mengupayakan. Ia akan datang sendiri tanpa harus dinanti. Allah Swt. yang akan menggerakan hati-hati yang memiliki kesamaan visi dan misi untuk bersatu dalam ketaatan yang semakin bertambah di bawah naungan ridha dan kasih sayang-Nya.
********
Sahabat, mari rapatkan barisan dan kekuatan dalam menempuh berbagai kebaikan. Ada keutamaan yang lebih dibanding melakukannya sendirian. Dengan saling mengajak pada kebaikan, dan saling mengingatkan saat khilaf dan alfa. Pada saatnya nanti, semoga Allah Swt mempersatukan hati kita dalam kebersamaan dan persaudaraan yang diridhai-Nya, mempersatukan kita bersama mereka yang telah mereguk manisnya cinta dan penghambaan kepada Allah Swt. di taman para pecinta (raudhatul muhibbin). Amiin.
Belum ada Komentar untuk "Taman Para Pecinta"
Posting Komentar