Hari Ini Khithbah – Hari Ini Menikah
Rabu, 30 Mei 2012
5 Komentar
Subhanallah…. Sungguh indah ya…. Awalnya, aku juga merasa aneh. Kok ada yang seperti itu. Seperti tidak ada hari esok saja. Semuanya dilakukan di satu hari yang sama. Bukankah cara seperti itu hanya akan membebani? Demikian pikirku saat menyimak proses pernikahan sahabatku, Salman.
Semuanya berawal saat sahabatku ini hendak mengkhithbah (meminang) seorang wanita yang telah ia kenal sebelumnya. Ia berangkat bersama ayahnya menuju kota tempat tinggal sang pujaan hati. Cuma mereka berdua, tidak mengajak yang lain. Maklum, perjalanan menggunakan pesawat dan membutuhkan ongkos yang tidak sedikit, karena calon istri berada di Indonesia bagian Timur. (Wah… Papua kali ya….)
Kebahagiaan keduanya semakin menjadi tatkala mereka sudah tiba dan dapat menginjakan kaki di rumah calon sang istri, Sarah Muthmainnah. Mereka disambut hangat oleh keluarga besar Sarah. Rencana kedatangan Salman untuk meminang memang sudah diinformasikan sebelumnya, sehingga berbagai persiapan dilakukan dengan secukupnya.
Setelah basa-basi alakadarnya, Salman mulai menyampaikan maksudnya, meminang anak semata wayang keluarga tersebut. Ayah Salman juga ikut menguatkan maksud anaknya ini. Tanpa pikir panjang, ayah Sarah dan keluarganya menerima lamaran tersebut. Toh keduanya juga sudah saling mengenal dan ada kecenderungan untuk saling menyukai.
Sebelumnya, mereka berdua belajar di kamus yang sama, di bilangan kota Jakarta. Namun walau demikian, tidak ada batasan-batasan syariat yang mereka langgar. Bahkan justru sebaliknya, mereka saling menjaga diri untuk tidak mengotori hati dan niat yang suci hingga tibanya saat yang dinanti. Kecuali SMS-SMS sewajarnya saat menjalankan program kegiatan di kampusnya.
“Nak Salman, Alhamdulillah, kami sudah menerima lamaranmu. Kesungguhanmu untuk datang ke sini menunjukkan kesiapanmu untuk menjadi imam bagi putri kami. Bagaimana kalau akad nikah kalian berdua kita laksanakan sekarang saja? Kan sudah sama-sama siap ini…. Daripada ditangguhkan dan nanti mengotori hati, kan lebih baik disegerakan… Betul tidak?” Ayah Sarah memberikan tawaran ke Salman.
“Hari ini? Saya kan belum membawa mahar apapun selain cincin yang akan diberikan sebagai hadiah proses meminang ini…” Salman mencoba memberi alasan.
“Soal itu gampang, jadikan mahar saja cincin tersebut, tak usah kau berikan sebagai hadiah. Masalah pencatatan administrasi pernikahan ke KUA, nanti kita urus belakangan. Itu hal mudah. Yang penting, syarat dan rukun nikahnya sudah tersedia.” Jawab ayah Sarah memudahkan segalanya.
“Dan untuk walimah (resepsi) nikah, akan kita laksanakan pada dua atau tiga pekan ke depan, insya Allah. Jadi, nanti kalian berbahagia saja dulu.” Timpalnya menambahkan yang disambut senyum merekah dari semua yang hadir.
Salman tak dapat lagi menolak tawaran ayah Sarah. Terlebih hal itu memudahkan dirinya. Kebahagiaannya akan segera terlengkapi di hari yang sama. Begitu pula dengan ayah Salman, ia tidak mempermasalahkan hal itu dan dapat menerimanya dengan terbuka.
Beberapa ustadz dan tokoh masyarakat di lingkungan rumah sarah segera dikumpulkan, di antara mereka ada yang akan menjadi saksi nikah. Tampaknya, semuanya memang sudah direncanakan seperti itu oleh ayah Sarah. Sehingga tidak susah lagi untuk meloloskan maksudnya.
Akhirnya pernikahan dua sejoli pun berlangsung pada hari itu. Kebahagiaan dua insan yang telah sekian lama menunggu, akhirnya bertemu dalam ikatan suci yang dihalalkan Ilahi. Barakallahu laka wabaraka ‘alaikuma wa jama’a bainakuma fi khair…
********
Kalau mendengar peristiwa seperti itu, jadi teringat kisah Azzam dan Althafunnisa di KCB, walaupun itu cerita fiktif belaka. Allah memudahkan segalanya bagi mereka. Tanpa harus menyusahkan diri dengan sesuatu yang tidak menjadi syarat dan rukun nikah. Sungguh indah ya…, meminang dan menikah di hari yang sama… Hehehe..
Sahabat, ayo siapa yang mau ikut jejak mereka? Mengikuti jejak mereka mungkin mudah saja ya…, tapi memahamkan orang tua yang perlu extra usaha. Karena belum semua orang tua memahami esensi utama dari pernikahan itu sendiri. Terlebih hal itu tidak biasa dan belum membudaya di masyarakat kita
‘Ala kulli hal, itu hanya salah satu ragam cara yang dapat dipilih, bukan suatu keharusan untuk diikuti. Mashlahat bagi saya, belum tentu mashlahat juga bagi anda. Kita tidak harus mempersulit diri, toh Islam sendiri sudah mempermudahnya. Menirukan perkataaan seorang teman, pertanyaannya cuma satu, kapan kamu mengikuti jejak Salman? Wuih…, pertanyaannya mani nyentug pisan euy…. !
Kalau nanya “kapan?”, paling tidak sudah ada seseorang yang akan duduk di posisi Sarah, sehingga bisa dengan mudah merencanakan hari baiknya. Sementara ini, belum ada melati yang bersedia menerima kehadiran kumbang yang datang. Jadi, pertanyaan yang paling tepat mungkin seperti ini, “Sudahkah kau temukan melati yang kau cari?” Lagi-lagi kujawab, "semoga melati itu ada di taman-taman Al-Quran yang menebar aroma segar bagi kehidupan." Amiin.
Bumi An Nuur : 30 Mei 2012
Saya insya Allah siap jadi melatinya... :)
BalasHapusSubhanalloh. . . Silahkan ath enggal2 istkharah. . . Kang minta gambar nya yah? : )
BalasHapusKang doain yah. . Semoga alloh segera mempertemukan ana dgn pilihan-Nya yg terbaik. . . Afwan. . Soalnya kata rasul : barang siapa yg mdoakan saudaranya,sdang sdranya tdk tau d doakan.maka doanya d kabulkan dan malaikat jg mengaamiinkan dan berkata "untukmu jg"
BalasHapussalam ukhwah semuslim :)
All Anonim @ Sykran tlh berkenan silaturrahim ke gubuk saya...
BalasHapusAnonim 2 @ Mangga.., gambar boleh dicopast...
Anonim 3 @ Amiin... smga sgra dipertemukan. Bnar hadits tsb, tapi sy siapa yg hars sy doakan? Apakh bgini, "semoga Anonim sgera mndapat pilihan terbaik"... He....
Sok ath..., saha namina...
^_^ taryamah, kang. Jazakalloh yah. . . Semoga akang jg segera menemukan melati yg d cari. Aamiin. . Ayo semangat ! ! !
BalasHapus