Menangkal Godaan Menghafal
Minggu, 19 Maret 2017
Tulis Komentar
Bagi yang sudah pernah merasakan menghafal Al-Quran, biasanya ada goadaan untuk cepat-cepat dalam mengahafal. Godaan untuk segera pindah ke ayat berikutnya, ke halaman berikutnya, atau ke juz berikutnya. Terlebih jika teman-teman kita yang juga sedang menghafal telah jauh meninggalkan kita. Hadir perasaan tak mau ketinggalan. Muncul keinginan untuk mengejarnya hingga melampaui mereka. Apakah hal itu baik atau buruk? Tergantung. Dorongan untuk cepat-cepat dalam menghafal Al-Quran bisa jadi baik dan bisa jadi sebaliknya. Tergantung motivasi dan kondisi hafalan serta penghafalnya.
Pertama, jika motivasinya baik, tak masalah. Misalkan, kita ingin segera menuntaskan hafalan Al-Quran agar nanti bisa segera melanjutkan menghafalkan ilmu-ilmu Islam lainnya, Al-Hadits misalnya. Atau motivasi apapun lainnya selama itu baik dan tidak mengotori niat serta tujuan yang benar. Namun jika motivasinya salah, ingin dikenal sebagai penghafal tercepat, inilah yang akan jadi sumber masalah.
Kedua, kondisi hafalan dan penghafalnya. Maksudnya begini, apakah kondisi hafalan sebelumnya sudah cukup kuat sehingga memungkinkan penghafalnya bisa cepat-cepat pindah ke ayat, halaman, atau juz berikutnya? Jika belum kuat, jangan tergoda untuk cepat-cepat pindah ayat, halaman, atau juz berikutnya. Itu hanya akan membebani diri saja. Karena saat pindah ke ayat, halaman, atau juz lain, bukan berarti melepaskan dan meninggalkan begitu saja ayat sebelumnya. Justru saat itulah tanggungjawab untuk pengulangan (muraja’ah) semakin bertambah.
Penting untuk kita ketahui bagaimana cara dan kesungguhan para sahabat Nabi Muhammad Saw. saat mereka menghafalkan Al-Quran sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Nabi. Mereka tidak akan beranjak pindah ke ayat berikutnya sampai benar-benar menghafalnya, bahkan sampai berusaha mengamalkannya dalam kehidupan. Masya Allah. Karena mereka meyakini, tujuan menghafal Al-Quran bukan sekedar memindahkan nash Al-Quran ke dalam hati dan pikiran, namun juga mengamalkannya dalam kehidupan.
Prestasi menghafal Al-Quran tidak diukur dari cepat atau lambatnya saat proses menuntaskan setoran hafalan Al-Quran, melainkan dari kesungguhannya untuk tetap menjaga dan mengulang (muraja’ah) hafalan Al-Quran. Ini penting lho.. Terlebih bagi para orangtua yang mengharapkan putra-purinya menjadi penghafal Al-Quran. Karena tak sedikit orang yang mampu menuntaskan setoran 30 juz dalam 1 tahun atau bahkan 1 bulan, namun setelah itu ia tak berusaha memuraja’ahnya lagi, atau bahkan tak menyentuh lagi Al-Quran sama sekali, karena beratnya muraja’ah AL-Quran membuat dirinya merasa terbebani. Wal ‘iyadzu billah.
Menghafal Al-Quran, baik ditempuh dalam waktu yang cepat ataupun tidak, tujuannya adalah agar kita semakin dekat dengan Al-Quran, untuk terus membaca, menghafal dan memeliharanya, sebagai media taqarrub kita kepada Allah Swt. Bukan untuk berbangga diri bahwa kita sudah menuntaskan hafalan Al-Quran dalam waktu sekian bulan, lantas tidak lagi memperhatikan lagi hafalan sehingga terlupakan.
Poin pentingnya adalah kita harus bisa mengukur diri, apakah sudah pantas dan siap untuk cepat-cepat dalam menghafal Al-Quran dengan segala konsekuensinya atau belum? Jika belum, berjalan normal saja. Tentukan dan jalani target pencapaian sesuai kemampuan. Yakinlah, waktu yang panjang (thuulu azzaman) akan melahirkan hasil yang memuaskan, insya Allah.
Belum ada Komentar untuk "Menangkal Godaan Menghafal"
Posting Komentar