Reorientasi Pendidikan Kita

Pendidikan adalah kebutuhan asasi setiap individu. Sebuah proses membekali dan menempa diri dengan berbagai pengetahuan, agar hidup terarah dan tidak lengah tanpa panduan. Pendidikan sejati tak hanya ditemukan di kelas formal yang penuh bangku dan kursi. Ia juga ada dalam kehidupan yang langsung bersinggungan dengan aktivitas sehari-hari. Bahkan adakalanya, pendidikan yang didapatkan dari realitas kehidupan seringkali lebih kuat dan meyakinkan daripada sekedar teori.

Hingar bingar dunia pendidikan semakin meramaikan jagat raya. Dari yang murni bertujuan sosial dan pengabdian, hingga yang benar-benar murni mengejar profit belaka (profit oriented). Tak mutlak salah adanya, karena penyelenggaraan pendidikan membutuhkan biaya serta sarana dan prasarana yang memadai. Terlebih, jika mengharapkan kualitas pendidikan yang tidak asal-asalan.

Melihat kondisi demikian, tak heran jika kita menemukan sebagian anak didik kita yang juga berorientasi belajar sebatas untuk hal duniawi semata, dapat pekerjaan yang necis sehingga banyak cicis (uang). Padahal, ada sesuatu yang lebih berharga dari sekedar mendapat pekerjaan dan kekayaan, yaitu ilmu yang berkah dan bermanfaat bagi sesama, yang mengantarkan pemiliknya pada penghambaan yang sesungguhnya, setelah mentadabburi keagungan Allah Swt melalui ilmu-ilmu yang diajarkan kepadanya. Selebihnya, ketika ada rizki melimpah di sana – sini, itu keberkahan yang Allah titipkan padanya.

Keberadaan seorang pendidik memiliki peran yang sangat penting dalam meluruskan orientasi anak didiknya. Ia dapat memberikan pemahamann dan meyakinkan siswa, bahwa terlalu sederhana dan hina jika belajar untuk sekedar mengejar dunia. Dalam wujud yang lebih serius, seyogyanya seluruh steak holder dan civitas akademika memiliki langkah yang sama dalam membangun paradigma dan mental anak didik yang paripurna (kaaffah). Jangan sampai, lembaga pendidikan hanya menjadi produsen tenaga kerja yang belum tentu dapat diserap semuanya oleh dunia kerja. Karena lapangan pekerjaan yang ada, terlalu sedikit bila dibandingkan dengan jumlah pengangguran bergelar yang semakin bertambah setiap tahunnya. 

Keterbatasan lapangan pekerjaan yang tersedia seringkali menjadi pemicu terjadinya berbagai tindakan kriminalitas dalam berbagai bentuknya. Terlebih bila pribadi-pribadi tersebut tak memiliki kesadaran dan pemahaman agama yang baik. Pekerjaan yang dilakukan tak lagi menghiraukan halal dan haramnya, yang penting dapat memenuhi berbagai kebutuhan yang ada.  Miris sekali melihatnya, saat itu semua berawal dari orientasi pendidikan yang tak menyentuhkan jiwa pada nilai-nilai yang lebih sakral dan tinggi, orientasi ukhrawi. 

Sebagai pendidik, sudah semestinya kita kembali melihat orientasi keterlibatan kita di bahtera pendidikan. Orientasi guru tidak akan jauh beda dengan apa yang anak didik tiru. Berhati-hatilah, salah memberikan keteladanan akan berujung dengan kesalahan yang tak berakhiran, karena setiap benih akan menumbuhkan bibit, buah, dan biji yang lebih banyak lagi.


Belum ada Komentar untuk "Reorientasi Pendidikan Kita"

Posting Komentar

Bagaimana menurut anda? Tuliskan komentar anda pada di bawah ini.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel