Pendidikan Mahal = Pendidikan Berkualitas?

Benarkah demikian? Jika begitu, asyik banget dong orang berduit. Karena hanya mereka yang dapat mengakses pendidikan berkualitas. Lantas, bagaimana dengan kaum papa yang juga berhak mendapatkan pendidikan berkualitas? Oh…, itu kan urusan Negara. Terserah Negara yang mengaturnya. Jika para pemimpin di Negara ini peduli, tentu mereka akan memperhatikannya dengan sebaik-baiknya. Kalau tidak, jangan berharap rembulan di siang bolong. Miris sekali negeri ini.

Tak dapat kita pungkiri, sekolah berkualitas memang biasanya mahal, sehingga tidak semua orang dapat menikmatinya. Lihat saja perbincangan masyarakat tentang RSBI yang beberapa kemarin hangat dibicarakan. Berbagai pendapat tentangnya mencuat ke permukaan menghiasi berbagai halaman media dan surat kabar harian.

Apakah mutlak demikian, bahwa sekolah mahal selalu berkualitas dan sekolah murahan tak berkualitas? Belum tentu. Tergantung dari sisi mana kita melihat “kualitas” itu sendiri. Apakah dari fasilitas pendidikan yang disediakan, kurikulum yang diajarkan, proses pendidikan yang dijalankan, atau dari out put yang tercermin dalam karakter setiap anak didik kita? Tentu hasilnya akan berbeda jika kita melihatnya dari perspektif yang berbeda pula.

Kita akui, tersedianya berbagai fasilitas pendidikan yang memadai akan membantu proses pendidikan seperti yang diharapkan. Sehingga melahirkan peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang dapat dibanggakan. Akan tetapi, pendidikan tak cukup sekedar sampai di situ. Ada mental dan jiwa yang harus dibina, agar keberadaannya menghadirkan sikap-sikap terpuji dan akhlak mulia. Jika proses pendidikan itu menghasilkan anak didik yang pinter (cerdas) tapi keblinger (nakal), apakah kita masih mau menyebut itu pendidikan berkualitas?

Di saat yang sama, di pelosok Desa yang nun jauh dari Kota, sekumpulan anak-anak belajar di alam raya dengan berbagai keterbatasan media belajar yang ada. Mereka lebih banyak belajar keindahan, kehidupan, kerukunan dan keharmonisan dari alam semesta yang mereka dapatkan secara percuma. Namun hal itu tak membuat nyali mereka ciut. Keterbatasan yang ada, justru mengungkit semangatnya untuk mewujudkan berbagai impian di masa depan. Terlebih, lingkungan yang masih asri dan kuat akar religi, mengkondisikan mereka untuk memiliki kekuatan spiritual dan akhlak yang tinggi. Apakah keterbatasan media belajar membuat pendidikan tersebut tidak berkualitas?

Maka, pendidikan mahal tak menjadi jaminan hasilnya akan berkualitas. Pun begitu pula sebaliknya, pendidikan yang murah atau bahkan gratis sama sekali, tak berarti siswanya tidak dapat unjuk gigi. Berbagai tokoh di negeri ini layak menjadi contoh, bahwa pendidikan yang berkarakter dan berkualitas justru biasanya lahir dari rahim keterbatasan dan kondisi yang tampak tak memungkinkan. Tetapi mereka berusaha keluar dari kungkungan dan tantangan tersebut, hingga akhirnya mereka menemukan apa yang mereka impikan, pendidikan yang mengajarkan arti kehidupan dan perjuangan. Tak peduli, apakah dulu mereka belajar di sekolah mahal atau pun murah.

Belum ada Komentar untuk "Pendidikan Mahal = Pendidikan Berkualitas? "

Posting Komentar

Bagaimana menurut anda? Tuliskan komentar anda pada di bawah ini.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel