Urgensi Belajar Berorganisasi

Disadari atau tidak, setiap diri kita adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Skala besar ataupun kecil. Baik dalam tataran kenegaraan, kemasyarakatan, keluarga, organisasi, dan bahkan memimpin diri sendiri. Bersedia atau tidak, pada akhirnya setiap jiwa akan dituntut untuk mengemban amanah tersebut.

Jiwa kepemimpinan (leadership) bukanlah bakat bawaan. Ia merupakan sesuatu yang dapat dipelajari dan dibiasakan dalam kehidupan. Mulai dari mengelola dan menata diri pribadi, organisasi, lingkungan kerja, hingga negara. Siapapun berkesempatan untuk itu. Sesuai dengan peran dan fungsi dirinya masing-masing dalam kehidupan.

Secara umum, berorganisasi meliputi empat unsur penting, yaitu Planing (merencanakan), Organizing (mengatur), Actuating (menjalankan), dan Controling (pengawasan), sering disingkat dengan POAC. Termasuk kehidupan kita sehari-hari pun tidak lepas dari semua itu. Mulai dari mengorganisasi hal-hal terkecil pribadi, hingga hal-hal besar yang berkaitan dengan orang lain. Maka sejatinya, tidak ada alasan bagi siapapun untuk tidak mendalami dan belajar berorganisasi. Justru ketika ia tidak memahaminya dengan baik dan benar, akan muncul salah paham serta suasana tidak nyaman dalam bekerja dan berinteraksi sosial dengan sesama.

Sebagai contoh, Hanif adalah seorang ketua pelaksana sebuah acara. Ia dibantu beberapa rekan dengan latar belakang dan pengalaman yang berbeda. Salah satunya adalah Hamid. Oleh forum musyawarah ia diamanahi sebagai penanggungjawab pengadaan logistik. Sebagai pribadi yang sudah sering terlibat dalam organisasi, Hanif mulai menjalankan fungsinya dengan baik dan apik.

Suatu ketika, Hanif bertanya kepada Hamid mengenai progress pengadaan logistik yang dibutuhkan, termasuk memastikan kesesuaian barang yang telah dibeli dengan nilai anggaran yang telah ditetapkan. Dalam pemahaman Hanif, hal ini merupakan bagian dari proses controling (pengawasan) yang menjadi tugasnya sebagai ketua.

Akan tetapi tidak demikian dengan Hamid. Ditanya oleh ketua seperti itu, ia merasa bahwa Hanif menganggap dirinya telah menyalahgunakan anggaran dan tidak percaya pada dirinya. Sehingga Hamid merasa tidak dihargai, bahkan benci dan menyalahkan Hanif. Menurutnya, Hanif adalah pribadi yang menuntut sempurna dari anggota timnya.

Dalam hal ini, tampak sekali bahwa Hamid  tidak memahami dan menyadari, bahwa apa yang dilakukan Hanif adalah sesuatu yang wajar dan merupakan bagian dari perjalanan organisasi. Prosedural dan tidak keluar dari wewenang dan fungsinya.

*******

Sahabat, lihatlah bagaimana ilustrasi di atas memberikan pelajaran kepada kita. Bahwa, kita semua perlu belajar dan memahami proses berorganisasi, proses yang baik dalam meraih dan menghasilkan sesuatu. Sesederhana apapun itu. Jangan sampai tidak tahunya kita akan cara berorganisasi, berakhir dengan menyalahkan orang lain yang telah berjalan sesuai aturan. Dengan demikian, kejadian seperti di atas tidak akan terulang kembali, sebagai akibat dari tidak pahamnya tim kerja akan hakikat organisasi yang sebenarnya.

Subang, 24 Maret 2012

Belum ada Komentar untuk "Urgensi Belajar Berorganisasi"

Posting Komentar

Bagaimana menurut anda? Tuliskan komentar anda pada di bawah ini.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel