Monday In Bandung
Selasa, 20 Maret 2012
Tulis Komentar
Jalan-jalan di kota Bandung pada sore hari cukup mengasyikkan. Hilir mudik pengendara kendaraan yang baru pulang kerja menghiasi lalu-lintas jalanan. Ada saja macet di sana-sini, walaupun tidak separah di akhir pekan. Sebagai kota tujuan wisata, Bandung memang kerap menjadi tempat persinggahan para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Tak ayal lagi, akhir pekan merupakan moment istimewa bagi mereka yang mencari sensasi atau sekedar refreshing dari berbagai rutinitas kerja yang membuat penat kepala.
Karena masih hari pertama di awal pekan, suasana perjalanan pada Senin kemarin (19/03/2012) tampak masih lancar dan terkendali. Jarak Subang – Bandung yang biasanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam lebih, dapat ditempuh dengan waktu tidak lebih dari itu.
Di sepanjang perjalanan, mulai dari Ciater hingga masuk Bandung, para pengguna jalan dimanjakan dengan berbagai tawaran jajanan dan kuliner khas yang menggiurkan. Bakar jagung aroma misalnya. Jajanan asyik dan menarik ini dapat ditemukan di sepanjang jalan Ciater hingga menuju arah Tangkuban Parahu. Bakar jagung yang beraroma lezat dengan harga yang wajar, dapat menjadi pilihan untuk memanjakan lidah wisatawan yang melewati jalur ini.
Lain lagi jika sudah masuk wilayah Lembang. Di sana kamu dapat menikmati sajian khas yang membuat lidah bisa ngiler dan tak tahan minta suapan. Sate kelinci. Weh… weh…, asyik sekali. Kabarnya, sate kelinci ini lebih nikmat dari sate ayam yang ada. Padahal sate ayam saja sudah begitu nikmatnya. Apalagi sate kelincinya ya…? Makanya, kalau melewati Lembang, sempatkan untuk mencicipi sate kelinci ini, agar lidahmu puas dan tidak jadi penasaran di kemudian hari.
Dan bagi kamu yang suka memelihara binatang lucu, di Lembang ini ada juga jualan kelinci peliharaan. Beragam jenis kelinci ada di sini. Kamu tinggal pilih mana yang kamu suka. Tidak usah berpikir ribet bagaimana membawanya, karena sudah disediakan tempat khusus untuk itu (kandang), bahkan beberapa pakannya juga sekaligus disediakan. Jadi pilih mana? Sate kelinci atau pelihara kelinci? Terserah kamu saja deh… Yang pasti, jika pelihara kelinci, sewaktu-waktu kamu dapat menyembelih dan memasaknya jadi sate. Tapi jika sebaliknya, kamu tidak mungkin menyulap sate kelinci menjadi kelinci peliharaan…. He….
Memasuki daerah Setiabudi Bandung, suasana baru kembali terasa. Hiruk pikuk aktivitas manusia sangat kentara. Untuk satu hal saja, kepuasan. Baik itu kepuasan materi, maupun rohani. Manusia berjibaku dengan segala kemampuannya untuk menggapai apa yang mereka impikan. Berharap di kemudian hari, masa depan lebih baik dan membahagiakan. Walau untuk semua itu, taruhannya adalah waktu dan nilai kehidupannya itu sendiri.
Tak heran bila kita masih saja menemukan pemandangan dan realita yang membuat hati merasa iba melihatnya. Di saat adzan shalat fardhu dikumandangkan, masih banyak orang-orang yang sibuk dengan aktivitasnya di ruang kerja, melayani pembeli bertransaksi, atau bahkan menikmati hidangan dengan penuh kemalasan untuk bersegera menghapiri panggilan Pemilik kehidupan. Astaghfirullah al-azhiim.. Padahal, semua pintu rizki ada dalam genggaman-Nya, semua solusi ada dalam kehendak-Nya, dan semua masa depan ada dalam kekuasaan-Nya. Sehingga ia Dia lebih berhak untuk ditaati, karena kita butuh pada-Nya. Bukan pada selain-Nya.
Namun, demikianlah kehidupan. Penuh rayuan dan godaan. Bukan dunia namanya kalau di sini tidak ada syaithan yang senantiasa menggoda dan menjerumuskan. Justru karena ada gangguan dan rayuan syaithan inilah, akan tampak manusia yang bersungguh-sungguh mencari keridhaan dan kebahagiaan hakiki di sisi Allah Swt., dan jelas pula manusia yang menuruti rayuan syaithan sehingga terperosok dalam kecelakaan dan kehinaan di sisi-Nya. Wal’iyadzu billah….
Bagi orang beriman, jalan-jalan sejatinnya janganlah sekedar menikmati jajanan, terlebih cuci mata sebagaimana yang sering dijadikan alibi sebagian kaum muda. Jalan-jalan adalah bagian proses mengambil pelajaran dari kehidupan, baik yang tengah berjalan atau yang telah berlalu pada masa silam. Agar hati dapat mengerti, bahwa bersama dosa-dosa ada siksa yang siap melanda jiwa dan raga di setiap masa. Dan bersama itu pula, ada hikmah dan pelajaran yang dapat diemban, bahwa dalam setiap denyut kehidupan ada akhir dan pertanggung jawaban, dan bahwa sebaik-baik yang berbuat dosa adalah mereka yang segara menyadari kesalahan dan meminta ampunan pada-Nya, karena sesungguhnya Allah Swt. Maha Penerima taubat. “Katakanlah: "Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa.” (QS. An Naml [27] : 69)
[Selasa, 20 Maret 2012]
Belum ada Komentar untuk "Monday In Bandung"
Posting Komentar