Belajar Kembali Membaca "OTENTISITAS"

Dalam satu kesempatan berbagi inspirasi di SMAIT Putri, saya membahas tentang kesempurnaan Islam atas agama-agama yang lainnya. Semua agama yang ada memiliki kitab suci sebagai pedoman bagi para pemeluknya. Dari semua kitab agama itu, kitab agama Islam saja yang terjaga dan terpelihara keasliannya dan dapat dipertanggung jawabkan hingga sekarang.

Saat hendak mengatakan “OTENTISITAS” ternyata lisan ini seperti yang belum pernah mengenal kata itu sebelumnya. Tertukar terus hurufnya. “Otensititas, Otensitisas, Otensisitas”. Coba lagi, dan ternyata masih salah juga. Sampai – sampai para siswi cekikikan mendengar saya yang tertukar terus dalam melafalkan. Setelah perjuangan beberapa detik, akhirnya bisa juga melafalkan dengan tepat, “Otentitisitas”, alhamdulillah.

Sahabat, ada yang berani mencoba kembali mengucapkan kata OTENTISITAS tanpa melihat kembali tulisannya? Ayo coba deh... Apakah lancar atau menemukan kesulitan? Kalau lancar berarti lancar... heheh...

Subhanallah, beginilah jadinya kalau lisan tidak dibiasakan mengucapkan kata atau kalimat yang diinginkan. Awalnya saya bermaksud mengatakan, “Otentisitas Al-Quran itu terjaga dan terpelihara. Allah Swt sendiri yang menjaminnya sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran.” Sebetulnya bisa saja saya ganti kata “otentisitas” itu dengan kata “keaslian”, hanya saja pilihan kata yang terpikir di benak dan spontanitas keluar dari lisan adalah “otentisitas” itu, sekalipun keluarnya dengan ejaan yang salah. Sungguh ini menjadi pengalaman yang berkesan.

Selama di perjalanan pulang, saya jadi berpikir kenapa hal itu bisa terjadi ya..? Dan hal serupa seringkali juga terjadi pada yang lainnya. Padahal di benak sudah terpikir sekali kata yang benar, baik rangkaian huruf maupun cara pengucapannya. Tapi realitanya, lisan mendefinisikan lain, sehingga tidak sama antara yang terpikir dengan yang terucap. Kok bisa ya...? Tampaknya, pertanyaan di atas ini lebih tepat ditanyakan kepada orang-orang yang telah mempelajari neurologi, sebuah disiplin ilmu tentang urat saraf.

******

Sebuah pelajaran berharga bagi kita, jika sesuatu itu bisa disederhanakan, maka tidak harus mempersulit diri dan berlebihan, termasuk dalam memilih kata atau kalimat. Karena ungkapan yang indah (balaghah) bukanlah yang ilmiah tapi susah untuk dipahami oleh lawan bicara, melainkan yang mudah dipahami dan dicerna oleh audiens yang ada.

Artikel Terkait

Belum ada Komentar untuk "Belajar Kembali Membaca "OTENTISITAS""

Posting Komentar

Bagaimana menurut anda? Tuliskan komentar anda pada di bawah ini.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel