Antara Kekayaan Dan Gaya Hidup
Sabtu, 13 Oktober 2012
Tulis Komentar
‘Kekayaan’ berasal dari akar kata ‘kaya’. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘kaya’ adalah mempunyai banyak harta. Jenisnya bisa berupa uang, benda berharga, ataupun lainnya yang memiliki nilai dan harga. Hampir tidak seorang pun di antara kita yang tidak tahu hal itu, apalagi tidak mengharapkannya. Kita semua punya obsesi untuk menjadi pribadi yang kaya raya, sehingga dapat maksimal untuk berbagi dan membantu sesama.
Disadari atau tidak, kekayaan dalam kehidupan seringkali diukur dari harta benda yang dimiliki, accessories yang dikenakan, serta life style dalam keseharian. Sehingga seringkali kita menemukan ungkapan, “Goni itu orang kaya, mobilnya selalu berganti setiap minggu”, atau uangkapan seperti “Gina itu orang kaya, setiap hari ia makan di restoran”. Atau uangkapan-ungkapan umum lainnya yang menetapkann sifat kaya atas suatu tindakan yang dilakukan. Seakan-akan bahwa kekayaan itu harus berbanding lurus dengan perubahan gaya hidup. Benarkah demikian?
Sejatinya, kita harus dapat membedakan antara kekayaan dan gaya hidup. ‘Kekayaan’ adalah sifat atau keadaan bagi orang yang berkemelimpahan. Tidak ada tidak ada kaitan sama sekali dengan perubahan gaya hidup, sekalipun dalam realitanya seringkali orang kaya hidup secara glamour, tapi itu bukan sebuah pembenaran bahwa kekayaan harus demikian, itu hanya kasuistik saja.
Banyak kita temukan orang kaya yang memilih gaya hidup sederhana, biasa-biasa saja. Kekayaannya tidak membuat mereka berprilaku konsumtif berlebihan, angkuh, sombong, atau bahkan menghambur-hamburkan keuntungan dalam kesia-siaan. Biasanya mereka adalah sosok-sosok yang rajin berbagi, gemar berderma pada sesama, bahkan memiliki tingkat spritualitas yang tinggi.
Begitu pula dengan gaya hidup, tidak ada kaitannya dengan kekayaan. Adakalanya orang yang memiliki gaya hidup glamour bukanlah orang kaya yang sesungguhnya. Ia memanfaatkan kemudahan kepemilikin kartu kredit sebagai ujung tombak untuk melanggengkan segala kemauannya. Ujung-ujungnya, tagihan membengkak dan terjerat dalam lilitan ribawi.
Atau bahkan dalam kondisi penuh keterbatasan sekalipun, orang bisa saja berprilaku dan memilih gaya hidup bak orang kaya. “Gaya-gayaan lah. Kalaupun kaya belum kesampaian, paling tidak berpenampilan seperti orang kaya dulu”. Begitu ujarnya mencari pembenaran.
*****
Hiduplah dengan sejujurnya, bukan dengan memakai topeng. Apalagi topeng orang lain yang belum tentu cocok dengan wajah kita. Sehingga hidup akan terasa tenang tanpa merasa terbebani karena khawatir diketahui siapa diri kita yang sesungguhnya.
So, jika ada di antara kita yang dianugerahkan kemelimpahan harta oleh Allah Swt., anda tidak harus mengganti gaya hidup anda yang sekarang sudah baik. Jangan pernah takut dikatakan bukan orang kaya saat anda tidak menampakkannya di hadapan manusia. Lebih jauh, cukuplah kekayaan sampai ada di genggaman, dan tidak meletakkannya di hati kita.
Belum ada Komentar untuk " Antara Kekayaan Dan Gaya Hidup"
Posting Komentar