Enaknya, Nulis Apa Ya?
Kamis, 31 Mei 2012
Tulis Komentar
Pertanyaan serupa seringkali menghampiri penulis pemula, seperti juga terjadi pada saya. Apakah nulis essay, cerpen, puisi, sajak, resensi, atau berbagi pengalaman pribadi. Hal ini terjadi, karena biasanya kita sudah idealis dari awal, berharap tulisan kita sempurna dan tidak ada celah sedikitpun untuk dikritisi orang lain. Padahal, tidak ada penulis hebat dengan cara instan friend! Semuanya melalui proses dan bertahap mengikuti tangga-tangga yang yang harus dilaluinya, yaitu menulis, menulis, menulis dan terus menulis sampai usia habis. Kamu tahu Imam Al-Ghazali kan? Ya…, beliau adalah salah satu penulis produktif yang senantiasa menulis hingga akhir hayatnya.
Bagi penulis pemula, jangan terlalu dini untuk membuat spesialisasi diri. Misalnya, hanya menulis cerpen melulu dan tidak mau mencoba menulis essay sedikit pun. Atau pun sebaliknya, kamu yang sudah biasa nulis essay tidak berani mencoba nulis cerpen. Yang baik adalah, variasikan jenis tulisanmu dengan berbagai varian yang ada. Hari ini cerpen, besok essay. Sesekali puisi, di lain waktu resensi. Jika lagi malas nulis essay, menulisnya dalam bentuk cerpen. Begitu juga dengan puisi. Bahkan isi hati biasanya akan lebih terasa bila diungkapkannya lewat puisi. (menurut saya seh….) Bagus kan? Jadi nantinya keterampilan kita beragam.
Kalau sudah sejak dini main “spesialisasi” jenis tulisan, kita bisa mandeg coy…, terutama saat ide dan semangat menulis lagi menurun. Lain halnya kalau kita mencoba lintas jenis tulisan, semangat menulis yang sedang turun pun bisa menyala lagi dengan cara seperti itu. Bahkan tanpa disadari, tahu-tahu diri kita jadi ahli (terbiasa) dalam hal itu. Congratulation!
Untuk kamu yang baru memulai menulis, bebaskanlah pilihanmu untuk menulis jenis apapun. Jangan batasi diri hanya untuk menulis jenis tertentu. Seperti adagium sederhana, “Kalau bisa lebih banyak, kenapa pilih sedikit?. Kalau bisa lebih baik, kenapa pilih yang biasa?” Termasuk dalam dunia tulis menulis.
Keyakinan tersebut dapat terbentuk dalam diri, jika kita memahami dengan benar bahwa setiap diri kita memiliki potensi yang luar biasa besar, termasuk potensi untuk menjadi penulis besar sekaliber JK. Rowling penulis Harry Pooter itu. Selama keyakinannya masih lemah, atau bahkan tidak ada sama sekali, jangan berharap sedikitpun untuk dapat menuliskan goresan yang berkesan, apalagi dikenang hingga akhir zaman. Mimpi kalee….
So, mari pupuk keyakinan kita, bahwa saya dan kamu pun bisa menjadi penulis hebat seperti mereka. Namun, namanya juga pupuk, ia akan berarti kalau ada sesuatu yang dipupukinya, tanaman. Tanpa ada tanaman, pupuk tidak akan berarti sama sekali. Dan tanamannya itu adalah, kesungguhan kita untuk berusaha menulis setiap hari. Jadi, mulailah untuk menulis, menulis, menulis, dan menulis sampai ketemu seorang gadis manis, upz… salah :), sampai menjadi penulis populis.
Belum ada Komentar untuk "Enaknya, Nulis Apa Ya?"
Posting Komentar