Sebentar vs Lama
Minggu, 22 Juli 2012
Tulis Komentar
Mas Upin : “Kang Upin, kamu pilih mana, yang sebentar atau yang lama?”
Kang Ipin : “Saya mah pilih yang lama atuh, kan bisa lebih lama menikmatinya.”
Mas Upin : “Husss… ngaco sampean ini. Saya bertanya serius, sampean malah ngejawab ngalor-ngidul. Pie iki….?”
Kang Ipin : “Saya mah pilih yang lama atuh, kan bisa lebih lama menikmatinya.”
Mas Upin : “Husss… ngaco sampean ini. Saya bertanya serius, sampean malah ngejawab ngalor-ngidul. Pie iki….?”
Kang Upin : “Halahhh…, siapa yang ngaco? Sampean pikirannya ngeres mulu sih… Nggak boleh itu. Terlebih kita sedang berpuasa. Jaga pikiran dan hati dari pikiran kotor mas….! He…”
Mas Upin : “Jadi maksud sampean apa? Hayo….!
Kang Ipin : “Maksudku, kalau aku biasa jadi imam shalat tarawih, aku lebih memilih bacaan surat yang panjang-pangjang. Sehingga bacaannya bisa lebih lama dan aku dapat menikmati ibadahku.”
Mas Upin : “Wahhh…, kalau untuk urusan ini, aku nggak setuju banget. Sebagai imam, sampean dengan nyamannya menikmati lama bacaan shalat. Tapi bagi aku dan makmum lainnya, sangat memberatkan. Jama’ah shalat tarawih di masjid kita itu beragam Kang. Ada anak-anak, wanita, juga orang tua. Bacaan suratnya, satu ayat – satu ayat saja. Agar bisa segera selasai shalatnya. ”
Kang Ipin : “Oh iya ya… Semenjak kamu bareng aku, sampean jadi cerdas begini ya….”
Mas Upin : *_^!
*********
Fenomena seperti di atas sering kali ditemukan di sekitar kita. Bahkan ada kalanya menjadi sebab perselisihan yang berakhir dengan permusuhan tiada akhir. Bila semuanya tidak berani membuka diri untuk belajar dan memahami kembali agama dengan benar, maka bisa dipastikan permasalahan tidak akan kunjung kelar.
Rasulullah Saw. mengajarkan kepada kita, bahwa dalam menjalankan titah agama tidak hanya mengedepankan ketenangan, kenyamanan dan kepuasan individu. Tetapi juga harus memperhatikan aspek manfaat dan kondisi sosial sesama. Terutama dalam pelaksanaan ibadah-ibadah yang dilakukan secara berjama’ah (kolektif).
Contoh di atas misalnya. Memanjangkan bacaan Al-Quran dalam shalat adalah hal yang baik dan keutamaan. Tapi tidak mutlak demikian. Terutama bila dilaksanakan di masjid atau tempat yang tidak semua jamahnya siap dengan cara yang dilakukan. Lain halnya bila dalam shalat sendirian, atau dalam komunitas yang sudah memahami hal itu, dan bahkan hadirnya mereka ke tempat itu semata-mata untuk bisa ikut menikmati lamanya munajat dalam shalat dengan bacaan Al-Quran yang panjang. Ini tidak akan jadi masalah.
Terlalu singkat dan cepat pun tidaklah jauh lebih baik. Misal hanya dengan membaca satu ayat yang pendek dari Al-Quran, atau hanya membaca ayat-ayat fawatihussuwar yang hanya beberapa huruf saja. Lalu tiba-tiba rukuk dan terus berulang hingga rakaat shalat tarawih selesai. Padahal seyogyanya tidak demikian. Ramadhan itu hanya sebulan dalam setahun lho…. Tidak sepanjang tahun ada. Jadi kalau berdiri shalat agak lama sedikit, bersabarlah. Toh pahalanya juga berbeda dengan ibadah di bulan lainnya. Benar nggak? Tentunya bila semua itu dilakukan hanya karena mengharap ridha-Nya.
********
Mulai sekarang mah, jangan ribut lagi masalah sebentar atau lamanya bacaan shalat ya… Pokoknya, yang biasa jadi imam harus ngerti kondisi jama’ah, dan yang hanya bisa jadi ma’mum jangan sekali-kali menyia-nyiakan kesempatan ibadah di bulan penuh berkah. Ok?
Belum ada Komentar untuk "Sebentar vs Lama"
Posting Komentar