Arti Dari Sebuah Nama
Minggu, 03 Juni 2012
2 Komentar
Beberapa hari ini saya cukup disibukkan dengan aktivitas menyiapkan syahadah (sertifikat) tahfizh Al-Quran bagi anak-anak didik yang telah selesai belajar di SMAIT As-Syifa Boarding School tahun ini. Mulai dari “bongkar – pasang” desain sertifikat, hingga entri identitas dan semua nilai yang mereka peroleh. Semua dikerjakan di komputer. Satu hal yang cukup menjadi tantangan, semuanya harus ditulis menggunakan bahasa Arab. Terutama lagi dalam penulisan identitas dan nilai masing-masing, yang pastinya setiap anak berbeda-beda.
Untuk penulisan nama anak-anak yang diambil dari kalimat Arab, relativ lebih mudah. Karena kalimat tersebut tidak asing dan dapat dituliskan dengan segera. Misalnya, Rahmah Azizah. Kalaupun masih ragu bentuk penulisannya (komposisi lafazh), Alhamdulillah saya dapat dengan mudah menemukannya di kamus bahasa Arab.
Lain halnya dengan nama-nama non Arab (‘ajam) yang harus diarabkan, ditulis dengan huruf Arab. Terlebih lagi bila nama tersebut diembel-embeli nama marga, wuih…. bikin otak kerja keras saja. Misalnya, Efmilda Chaniago. Nama yang tidak ada unsur Arabnya sama sekali. Namun walau bagaimana pun, itu harus saya arabkan, maksudnya ditulis dengan huruf Arab. Dengan satu ketentuan, penulisan tersebut harus mudah dimengerti walaupun tidak diberi harakat (syakal). Semoga saya bisa!
*******
Salah satu hak seorang anak yang lahir ke dunia adalah mendapatkan nama yang baik dan indah dari orang tua atau keluarganya. Namanya bisa apapun. Tidak harus berbahasa Arab. Asal nama tersebut mengandung makna yang baik dan indah. Karena sejatinya, nama tersebut adalah do’a orang tua bagi anaknya. Seperti nama teman-teman kita saja, ada yang dari bahasa Jawa, Sunda, Sansekerta, atau bahkan dari bahasa-bahasa lainnya.
Tak mengherankan, jika pada tempo dulu Rasulullah Saw pernah mengganti beberapa nama para sahabat yang mengandung makna kurang baik, dan beliau menggantinya dengan nama-nama yang mengandung makna kebaikan. Seperti nama-nama dari Asma Al-Husna (nama-nama Allah Swt yang indah), atau dengan nama-nama lain yang berkonotasi positif.
Pentingkah arti sebuah nama?
Tentu, sob…. Bagaimana tidak penting? Nama tersebut akan terus melekat pada diri kita, dan orang lain memanggil kita dengan nama tersebut. Coba bayangkan, misalnya nama sobat adalah Ghadban. Secara kalimat, Ghadban diambil dari bahasa Arab yang memiliki arti “marah”. Nama itu akan tertulis di setiap surat-surat dan dokumen berharga milikmu. Setiap orang yang mengenalmu akan memanggilmu dengan nama itu, Ghadban “marah”. Bisa jadi tuh, panggilan itu mengkristal jadi do’a bagi dirimu, si pemarah. Wah…, bahaya kan…
Kalau sobat pernah baca buku The True Power of Water yang ditulis oleh Masaru Emoto itu, kita akan semakin paham bahwa kata-kata dan panggilan yang diucapkan ke air itu akan berpengaruh pada molekul-molekul air tersebut. Tampilan permukaan molekul air tersebut akan berbeda-beda sesuai dengan pesan dan ungkapan yang diterima air tersebut.
Nah, berhubung badan kita juga sebagian besarnya terdiri dari unsur air, maka eksperimen di atas pun bisa berlaku bagi tubuh kita. Jika pesan, ungkapan, kata-kata dan panggilan yang kita terima adalah kebaikan, mengandung unsur-unsur yang positif, jangan heran bila suasana jiwa berjalan dengan positif dan sakinah, karena kamu didoakan kebaikan dan diberikan kata-kata yang positif. Begitu pula jika yang dilakukan adalah sebaliknya. Jelas kan…?
Berarti aku harus ganti nama?
Tergantung, friend… Sekalipun namamu tidak mengandung unsur-unsur Arab (bukan berasal dari bahasa Arab), kalau itu mengandung makna yang baik, cukupkan saja. Misalnya nama kamu, Asep Satria. Mungkin dulu orang tuamu berharap kamu menjadi anak yang tampan dan pemberani. Itu sudah bagus. Tapi jika ingin tetap diganti dengan yang berbau-bau Arab, monggo…, tak harus numpeng dan bikin nasi kuning segala. Ganti saja namamu dan sampaikan ke sehabat-sahabat yang lain, bahwa sejak hari ini, namamu diganti menjadi Jamil Syuja’ (tampan dan pemberani) misalnya, padahal sama saja dengan nama yang dulu, Asep Satria.
Lain halnya, bila nama kamu benar-benar mengandung makna yang tidak baik, seperti Ghadban (marah) di atas. Atau bahkan mengandung unsur kemusyrikan, seperti Abdul ‘Uzza (hamba ‘uzza), nama sebuah patung yang dulu disembah-sembah musyrikin Makkah. Maka itu mah, harus segera diganti dengan yang lebih baik ya… Untuk nama yang indah, kamu bisa minta ke ustadz atau ke orang-orang yang lebih faham tentang agama, sehingga nama yang akan dipilih mengandung makna yang baik.
Dan yang lebih penting lagi, bukan sekedar namanya saja yang baik, tapi suluk, akhlak dan prilaku kita juga kudu baik, prilaku yang mencerminkan makna dari kandungan nama yang kita pilih. Jangan sampai, nama kita Syakir (orang yang bersyukur), tapi kelakuan mah seperti Sakir (orang yang yang mabuk sehingga lupa kepada Allah Swt.). Wal ‘iyadu billah.
Assalamualaikum wr.wb :)
BalasHapusright. . . S-a-t-u-j-u. . .^_^
go go semangat!
Wassalam
hohoho ada nama saya...tapi asal admin ketahui cara penulisan nama saya dalam bahasa arab yg bapak tulis salah besar bahkan saya ditanyai ketika test disalah satu kampus arab ternama di Indonesia bahwa siapa yg menulis nama saya ini, karna cara penulisannya sangat salah .....هيا نتعلم لغتنا
BalasHapus